Recent Posts

settia

Raksasa Mobil Dunia Bangun Pabrik Baterai untuk Kalahkan Tesla


GM dan VW baru-baru ini mengumumkan akan membangun pabrik baterai. Ford berencana melakukan langkah serupa. Upaya anyar untuk kalahkan dominasi Tesla.

Produsen otomotif dunia mulai mengejar Tesla dalam pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Salah satu langkahnya dengan membangun pabrik baterai listrik di negara asalnya. Tesla telah membangun pabrik baterai di Amerika Serikat melalui kemitraan dengan Panasonic sejak 2017. Namun, pabrik di Nevada ini hanya mengemas baterai, sedangkan produksi selnya dilakukan oleh Panasonic.

Perusahaan buatan Elon Musk itu pada September lalu mengumumkan akan mulai memproduksi sel sendiri di pabrik percontohan di Fremont, California.

General Motors alias GM baru-baru ini pun mengumumkan langkah serupa. “Kami ingin mengendalikan nasib sendiri. Tidak hanya memastikan kemampuan memiliki sel yang kami butuhkan, tapi juga bekerja pada peningkatan biaya dan teknologi,” kata CEO GM Mary Barra dalam diskusi online Kamis lalu, dikutip dari CNBC.

Raksasa otomotif itu diprediksi menjadi pemain utama dalam produksi sel baterai melalui usaha patungan dengan LG Chem asal Korea Selatan.
Konsorsium bernama Ultium Cells ini bakal menghabiskan US$ 2,3 miliar (sekitar Rp 33,1 triliun) untuk pabrik sel baterai di Ohio. Fasilitas ini akan mulai beroperasi pada tahun depan.

GM pada awal bulan ini juga mengonfirmasi sedang mengevaluasi untuk lokasi pabrik kedua. Perusahaan sepakat bekerja sama dengan Institut Teknologi Massachusetts (MIT) untuk pengembangan sel baterai. Harapannya dengan penelitian ini, teknologi kendaraan listrik masa depan biayanya akan lebih murah 60% daripada sekarang. Sedangkan Ford, masih tahap rencana. “Kami perlu membawa produksi baterai ke AS,” kata CEO Ford Jim Farley pada Februari 2021. Ia tak menampik masalah ini penting untuk membantu logistik perusahaan dan menghindari masalah rantai pasokan.


Produsen otomotif Eropa, Volkswagen (VW) pada Senin lalu mengatakan akan membangun enam pabrik produksi sel baterai di Eropa. Mereka menyebutnya Gigafactories. Keenam pabrik itu akan beroperasi pada 2030 dengan total kapasitas 240-gigawatt jam. Melansir dari Bloomberg, perusahaan sudah memiliki perjanjian untuk dua pabrik baterainya. Sedangkan empat lainnya masih dalam penjajakan lokasi. Prancis, Spanyol, Portugal, Polandia, Slovakia, dan Republik Ceko disebut-sebut sebagai lokasi potensial. 

VW bekerja sama dengan produsen sel terbesar kedua dunia, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd asal Tiongkok. Biaya investasinya diperkirakan mencapai US$ 29 miliar. “Sasaran kami adalah untuk mengamankan posisi terdepan dalam baterai global,” kata CEO VW Herbert Diess. VW dan Tesla saat ini bersaing ketat dalam memperebutkan pasar mobil listrik. Hatchback ID.3 dan Porsche Taycan menjadi pesaing ketat Tesla Model 3. Pabrikan Jerman itu berencana memproduksi 26 juta mobil listrik pada 2030.


Bisnis Baterai di Indonesia 


Indonesia juga berencana membangun pabrik baterai untuk mengembangkan ekosistem EV. Melalui konsorsium empat badan usaham milik negara (BUMN), holding bisnis ini bernama Indonesia Battery Corporation (IBC). Keempat perusahaan pelat merah itu adalah Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) alias MIND ID, PLN, Pertamina, dan Aneka Tambang (Antam).

Konsorsium tersebut nantinya membentuk perusahaan patungan dengan mitra potensial asing dari berbagai negara di dunia. Terdapat tujuh perusahaan global yang tertarik masuk dalam proyek itu. Sebanyak tiga perusahaan berasal dari Tiongkok, yaitu Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), BYD Auto Co Ltd, dan Farasis Energy Inc. Lalu, dua dari Korea Selatan, yaitu LG Chem Ltd dan Samsung SDI. Ada pula perusahaan asal Jepang, Panasonic, serta Amerika Serikat, Tesla, yang tertarik bergabung.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahjana Wirakusumah menyebut dari ketujuh perusahaan tersebut, ada dua perusahaan yang serius, yakni CATL dan LG Chem. Sedangkan Tesla masih melakukan penjajakan. 
 
Pemetintah terus bernegosiasi dengan Tesla. Namun saat disinggung mengenai progresnya, Deputi Investasi & Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto enggan membeberkan lebih lanjut. 

Penyebabnya Indonesia telah mengantongi non-disclosure agreement (NDA) alias perjanjian larangan pengungkapan informasi. "Saya masih ada NDA dengan Tesla. Tidak bisa berbicara banyak," kata dia kepada Katadata.co.id, pada 2 Maret lalu.