Recent Posts

settia

Keseriusan Tesla Siap Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Indonesia

Keseriusan produsen mobil listrik asal AS, Tesla, untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Batang, Jawa Tengah, kian benderang. CEO Tesla, Elon Musk, ternyata tahu betul cadangan nikel di Indonesia yang berlimpah dan tak bisa diremehkan.

Seperti diketahui, Indonesia adalah negara pengekspor bijih nikel terbesar di dunia, namun sejak awal tahun 2020 ekspor bijih nikel dihentikan pemerintah (CNBC Indonesia, 23/1/2020). Akibatnya, banyak produsen baterai yang berencana merelokasi pabriknya di Indonesia, salah satunya adalah Tesla sebagai produsen mobil listrik ternama.

Musk mengungkap, nikel adalah tantangan terbesar untuk membuat baterai dengan daya tahan dan produksi massal. Pernyataan Musk yang pernah sanjung nikel di Indonesia dilontarkan langsung pada Juli 2020 lalu melalui akun twitternya.

"Nikel adalah tantangan terbesar untuk baterai volume tinggi dan jarak jauh! Australia & Kanada melakukannya dengan cukup baik. Produksi nikel AS secara obyektif sangat timpang. Indonesia bagus!," cuit Musk, sambil manautkan artikel dari Investingnews yang menulis produksi nikel Indonesia mencapai 800 ribu metrik ton.

Pada acara Battery Day, Oktober lalu, Musk juga merinci rencananya untuk meningkatkan produksi sel baterai mobil lisriknya menjadi 200 GWh (Giga Watt hour) untuk kapasitas produksi tahunan pada tahun 2023, dan 3 TWh (Tera Watt hour) pada tahun 2030.

Tingkat produksi baterai yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, seperti ditulis Seasia.co, tentunya akan membutuhkan beberapa pabrik di seluruh dunia, serta rantai pasokan global yang kompleks.


Proses komunikasi terus dilakukan


Besarnya kekayaan yang dimiliki disebut-sebut membuat Tesla kecantol untuk berinvestasi langsung di Indonesia. Hal tersebut dikonformasi Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang, yang menyebut soal rencana pembangunan pabrik baterai Tesla di Indonesia sedang tahap diskusi.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, juga mengklaim pernah ditelepon langsung oleh pihak Tesla.

"Saya ingin sampaikan lagi peminat investasi ke Indonesia banyak, tadi saya baru ditelepon dari Tesla di Amerika mereka juga berminat membangun (pabrik) baterai lithium di Indonesia," kata Luhut, dalam Detikcom, (9/9).

Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Ayodhia GL Kalake, mengatakan bahwa perkembangan soal Tesla ada di tingkat Menperin.

''Beberapa waktu yang lalu Pak Menko Luhut memang dikontak oleh pihak Tesla kemudian pak menteri perindustrian mungkin 2 hari yang lalu menyampaikan kepada media sudah ada pembicaraan tetapi tidak sampai kepada kami,'' terang Ayodhia, pada CNBC Indonesia, Rabu (21/10).

Ia mengatakan masuknya investor seperti Tesla, merupakan bagian dari upaya membentuk ekosistem pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia, dari hulu sampai hilir. Ia juga menyebut bahwa pemerintah sedang menyiapkan aturan lintas sektor untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik.

''Ekosistemnya kita mulai dari rencana hilirisasi nikel itu kan kita mempunyai potensi nikel tidak hanya di Morowali di Wedabe di berbagai tempat lah ya Jadi potensi ini, tidak lagi mengekspor dalam bentuk mentah (raw) material (bahan baku) supaya ada nilai tambahnya,'' katanya.

Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menanggapi rencana perusahaan otomotif asal AS itu membangun pabrik baterai di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah. Ia mengaku ia belum dihubungi langsung atau diajak berkomunikasi dengan produsen mobil listrik tersebut, serta belum pernah diajak berdiskusi dengan pemerintah pusat terkait hal itu.

''Saya juga baru tahunya baca dari media,” bilang Ganjar, dalam Semarangpos.com, Jumat (23/10).

Hal serupa disampaikan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jawa Tengah, Ratna Kawuri. Ia menyebut belum mendapat informasi terkait rencana Tesla mendirikan pabrik di Batang.

Indonesia dengan cadangan nikel yang melimpah

Dalam laporan Bloomberg NEF, disebut produksi Indonesia bisa lebih murah 11 persen dari China. Pertama, Indonesia diuntungkan karena memiliki sumber daya alam, menyimpan banyak raw material. Nikel dan kobalt, bahan baku utama baterai ini melimpah ruah di bumi Indonesia.

Lalu mengutip Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini Indonesia mencatat potensi bijih laterit nikel dengan total sumber daya (terekam, tertunjuk dan terukur) 6,5 miliar ton dan total cadangan (terkira, terbukti) 3,1 miliar ton.

Ada dua jenis baterai listrik yang banyak dipakai saat ini yaitu Lithium-ion (Li-ion) dan Nickel Metal Hydride (NiMH). Baterei Li-ion menggunakan unsur logam litium dan kobalt sebagai elektroda, sementara itu NiMH memanfaatkan nikel.

Secara umum, senyawa nikel digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beragam produk rumah tangga hingga bahan dasar untuk baterai mobil dan motor listrik.

Sederet Alasan Kenapa Tesla Mau Bangun Pabrik di RI

Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla sudah menjajaki pembicaraan serius demi bisa membangun pabrik baterai di Indonesia.

Sejalan, Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pembangunan hilirisasi industri nikel menjadi baterai hingga mobil listrik, terutama karena banyaknya sumber daya nikel di Tanah Air.

Selain Tesla, setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia akan berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik.

Antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai juga Korea Selatan.

Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar atau Rp 294 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai juga Korea Selatan.

Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar atau Rp 294 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai juga Korea Selatan.

Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar atau Rp 294 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahkan mengatakan adanya sumber daya mineral yang melimpah di negara menjadi kunci dalam pembangunan pabrik baterai hingga mobil listrik ke depannya.

"Untuk Anda yang lebih muda lagi, kita tahu Indonesia ini kaya, kita punya semua cadangan mineral untuk menjadi pemain kunci di industri baterai lithium, seperti lithium, cobalt, nikel, mangan, aluminium, copper (tembaga), dan graphite," tuturnya dalam acara INDY FEST 2020 pada Senin (19/10/2020).

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 3,57 miliar ton dan sumber daya mencapai 9,31 miliar ton pada 2019.

Sementara dari sisi produksi, produksi nikel olahan berupa feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI) Indonesia pada 2019 mencapai 1,79 juta ton, naik dari 2018 857 ribu ton. Pada 2020 ini ditargetkan naik lagi mencapai 2,02 juta ton.

Besarnya kekayaan yang dimiliki disebut-sebut membuat Tesla kecantol untuk berinvestasi langsung di Indonesia.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengakui soal rencana pembangunan pabrik baterai Tesla di Indonesia sedang tahap diskusi.

Namun sudah sebulan berlalu, bagaimana perkembangannya?

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Ayodhia GL Kalake mengatakan, perkembangan soal Tesla ada di tingkat menteri perindustrian.

"Beberapa waktu yang lalu Pak Menko Luhut memang dikontak oleh pihak Tesla kemudian pak menteri perindustrian mungkin 2 hari yang lalu menyampaikan kepada media sudah ada pembicaraan tetapi tidak sampai kepada kami..," kata Ayodhia kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/10).

Ia mengatakan masuknya investor misalnya seperti Tesla bagian dari upaya membentuk ekosistem dalam pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai di Indonesia dari hulu sampai hilir.

Pemerintah juga sedang menyiapkan aturan lintas sektor untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik.

"Ekosistemnya kita mulai dari rencana hilirisasi nikel itu kan kita mempunyai potensi nikel tidak hanya di Morowali di Wedabe di berbagai tempat lah ya Jadi potensi ini, tidak lagi mengekspor dalam bentuk mentah raw material (bahan baku) supaya ada nilai tambahnya," katanya.

Menurutnya alasan pemerintah membangun ekosistem demi menopang pengembangan kendaraan berbasis listrik karena pertimbangan ekonom untuk menciptakan nilai tambah dan lingkungan hidup.

"Kalau ekonomi kan kita bisa menghemat subsidi bahan bakar fosil fuel. Kemudian juga untuk penggunaan Baterainya itu mengurangi CO2 karena cost untuk CO2 itu enggak kecil juga untuk lingkungan hidup yang tercemar itu pertimbangannya selain pertimbangan yang lain-lain," katanya.