
AL-RISALAH INSTITUTE -
Perhimpunan Masyarakat Pendidikan Indonesia (PMPI) mendeklarasikan
dukungan kepada pasangan Jokowi-JK untuk Presiden dan Wakil Presiden
2014 mendatang.
Lembaga yang bernaung di bawah Yayasan
Pendidikan Indonesia Wira Tata Buana itu menilai pasangan capres dan
cawapres nomor urut dua ini bakal memberi perhatian penuh kemajuan
Information and Communication Technology di pesantren dan madrasah.
"PMPI mendukung Ir H Joko Widodo, Dr HM Jusuf Kalla
sebagai capres-cawapres 2014-2019 atas upayanya mendukung pendidikan
berbasis ICT di pesantren dan madrasah pada abad 21," kata Ketua PMPI
Zulvira Ravi Rachman di Jakarta, Rabu (25/6/2014).
Pihaknya yakin, dalam kepemimpinan pasangan tersebut akan membawa mutu dan kualitas pendidikan di madrasah dan pesantren menjadi lebih baik. Tak hanya sekadar mendukung, PMPI juga menawarkan konsep pengembangan pendidikan berbasis teknologi.
Pihaknya yakin, dalam kepemimpinan pasangan tersebut akan membawa mutu dan kualitas pendidikan di madrasah dan pesantren menjadi lebih baik. Tak hanya sekadar mendukung, PMPI juga menawarkan konsep pengembangan pendidikan berbasis teknologi.
"Tidak ada aspek kehidupan yang
lepas dari Information and Communications technology (ICT). Dan ternyata
gagasan kita direspon bagus oleh pasangan Jokowi-JK. Dan dalam visi
misi untuk membangun bangsa harus ada kesiapan SDM yang memiliki
keahlian ICT," ujarnya.
Jelang pilpres, madrasah dan pesantren
menjadi objek kedua pasangan capres dan cawapres untuk meraih dukungan.
Untuk itu, penting bagi kedua pasang capres-cawapres memaparkan visi
misi terkait komitmen mengembangkan Madrasah dan pesantren.
Pihaknya
pernah mengundangan kedua kubu pasangan untuk menyampaikan visi misi
tentang upaya pengembangan pendidikan madrasah pesantren untuk menjawab
tantangan masa depan. Namun, sambung dia, kubu Prabowo-Hatta tidak
memberikan respon akan undangan tersebut.
Atas dasar itu,
pihaknya mengambil kesimpulan bahwa Prabowo-Hatta tidak memiliki
komitmen untuk mengembangkan pendidikan di Madrasah dan Pesantren. Kedua
lembaga pendidikan ini tidak ingin diacuhkan begitu saja setelah pesta
demokrasi selesai.
"Makanya kita ingin mendengar kedua kubu
memaparkan visi misi, tidak lebih untuk mengetahui sejauh mana perhatian
mereka dalam pengembangkan pendidikan di madrasah dan pesantren.
Sehingga tidak lagi menjadi institusi pendidikan nomor dua," jelasnya.