Oleh Hendy Hermawan
Al Quran mengungkap manusia dalam tiga istilah, yaitu :
- Al Basyar
- An Nas, al Ins dan al Insan
- Banu Adam dan Dzurriyah Adam
Dalam Ensiklopedi semua kata tersebut mempunyai arti yang sama, yaitu
manusia. Para mufasir juga mengartikannya demikian. Tetapi bila
dikembalikan kepada rasa bahhsa(dzawq), meskipun secara artinya sama,
namun dalam hakikatnya masing-masing memiliki perrbedaan. Bint al Syathi
merujuk kepada al Quran yang mengungkapkan istilah-istilah manusia
sebagai berikut:
- a. Al Basyar
Menurut bahasa, kata al Basyar tersusun dari akar
kata “ba”, “syin” dan “ra” yang berarti “sesuatu yang tampak baik dan
indah” atau “bergembira, mengembirakan atau menguliti/ mengupas
(buah)”atau “memperhatikan dan mengurus sesuatu”. Penafsir lain,
misalnyan al Raghib, mengatakan kata basyar adalah bentuk jamak dari
kata basyirrrah yang artinya “kulit”. Manusia disebut basyar karena
memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut, namun berbeda dengan
kulit hewan yang umumnya ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al Quran
digunakan dalam makna khusus untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriyah
manusia.
Pendapat yang sama juga disampaikan olehh Bint al Syathi’. Menurutnya
kata basyar merujuk kepada penegrtian manusia dalam kapassitasnya
sebagai makhluk jasmaniah. Secara fisik memiliki persamaan dengan
makhluk lainnya, membutuhkan makan dan minum untuk hidup.
Kosa kata basyar disebut dalam al Qurran sebanyak 37 kali, 25 kali di
antaranya mengacu kepada arti yang berkaitan dengan kebutuhan primer
manusia (makan, minum, seks), termasuk nabi dan rasul. Sedangkan 12 kata
lainnya digunakan dalam masalah hubungan antara orrang muslim dan
kafir. Berupa ungkapan-ungkapan orang kafir tentang pengingkaran mereka
terhadap status kenabian (bahwa nabi sama seperti halnya mereka) atau
hubungannya dengan perrnyataan firman Allah bagi rasul-Nya yang memiliki
sifat basyariyah manusia.
Di antara ayat-ayat yang mengungkapkan pengertian tersebut adalah
ketika penolakan umat Nuh yang ingkar untuk menyembah Allah. Selain itu
penolakan penduduk sebuah desa terhadap utusan Allah mencirikan alasan
yang sama, yaitu setiap utusan dipandang sama seperti keadaan manusia
biasa. Allah berfirman :
” Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. 26:154)
” Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. 26:154)
Dalam ayat lain berbunyi :” Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba
kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”. (QS. 30:20)
“Maryam berkata:”Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia”. (QS. 3:47)
“Maryam berkata:”Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia”. (QS. 3:47)
Mengacu kepada ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kata al
basyar menunjuk kepada aspek realitas manusia sebagai pribadi dan
sekaligus sebagai makhluk biologis.
- b. An Nas, al Ins dan al Insan
Berbeda dengan al basyar kata An Nas, al Ins dan al Insan
mempunyai konotasi yang berbeda satu dengan lainnya. Kata an Nas
disebutkan dalam al Quran sebanyak 240 kali menunjukkan pengertian
manusia sebagai keturunan Adam as. An Nas dalam hal ini dipandang dari
konteks manusia sebagai makhluk sosial.
Al Quran menyinggung dalam surat al Hujura, ayat 13 yang berbunyi :”
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Dengan jelas menginformasikan tujuan penciptaan manusia dalam berbagai suku dan bangsa untukbergaul dan berhubungan antar sesama, saling membantu dalam kebaikan,, saling menasihati agar sama-sama berada dalam kebenaran atas dasar kesabaran. “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. 103:3)
Dengan jelas menginformasikan tujuan penciptaan manusia dalam berbagai suku dan bangsa untukbergaul dan berhubungan antar sesama, saling membantu dalam kebaikan,, saling menasihati agar sama-sama berada dalam kebenaran atas dasar kesabaran. “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. 103:3)
Sedangkan kata al Ins dan al Insan keduanya berasal dari akar kata, yaitu hamzah, nun dan sin. Namun
demikian, bila dilihat dari segi penggunaan kata dalam al Quran
keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata al Ins dijumpai 18 kali dalam
sembilan surat, yang berhadapan (muqbalah) dengan kata jinn
yang berarti jin atau makhluk halus, atau kata jann yang juga bermakna
jin. Hal ini mengindikasikan makna konotasi, bahwa keduanya memiliki
unsurr yang berrbeda. Manuia dapat diinderakan, sedang jin tidak dapat
diinderakan, manusia tidak liar (‘adam al tawahhus) sedangkan jin liar (tawahhusi).
Sselanjutnya, kata al Insan dijumpai dalam al Quran sebanyak 65 kali.
Al Insan berbeda dengan al basyar yanglebih menekankan pad kapasitas
manusia sebagai makhluk fisik biologis dan al ins menitik beratkan pada
adanya unsur kesamaran (abstrak). Maka al insan mengau pada peningkatan
ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku
jabatan khalifah dan memikul beban tangung jawab dan amanah manusia di
muka bumi. Karena manusia sebagai khalifah dibekali dengan potensi
internal (ruhiyah, aqliyah dan jasmaniah) dan potensi eksternal (fitrah
dan hudan).
Dengan demikian manusia dapat menghadapi dan mengantisipasi segala
yang baik dan buruk atau pun kepalsuan (semu) yang dapat menggoyahkan
kemampuan dan kekuatannya. Lebih dari itu manusia diberi peluang
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya.
Kemudian yang menjadi faktor pembeda menurut Bint al Syathi, telah
Allah berikan kepada manusia semenjak kelahirannya dimensi ilmu
pengetahuan. Kelebihan itu dapat dilihat dari firman Allah dalam surat
al Alaq ayat 2, 5 dan 6 yang berbunyi :” Dia telah
menciptakan manusia dengan segumpal darah. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia
benar-benar melampaui batas”.
Dari ketiga ayat resebut terdapat tiga makna manusia (al insan),
yaitu (1) Tentang asal-usul penciptaan manusia (2) Pemberian ilmu oleh
Allah kepada manusia; (3) Peringatan terhadap faktor negatif yang pada
kondisi tertentu manusia melupakan Alllah.
Maka dalam ayat lain disebutkan manuusia memiliki derrajat yang
titinggi namun dalam ayat lain bertolak belakang, manusia menjadi
makhluk yang sangat hina. Hal ini tidak berarti manusia dipuji dan
dicela dalam waktu yang bersamaan, tapi menunjukan bahwa manusia itu
adalah memiliki sifat mendekati kesempurnaan dan banyak kekurangan
sesuai dengan potensi internnya. Maka tinggi rendahnya derajat manusi
sangat bergantung kepada kemampuan menentukan sikap dan keadaan mereka
sendiri.
- c. Banu Adam dan Dzurriyah Adam
Istilah Banu Adam dituturkan dalam Al
Quran sebanyak delapan kali, tujuh diantaranya berada dalam surat-surat
Makkiah dan satu kali dalam surat Madaniah dengan istilah Ibnay Adam. Sedangkan istilah Dzurriyah Adam di sebut satu kali.
Kata Banu berasal dari kata ba’, nun dan ya’ yang berarti sesuatu yang lahir dari yang lain. Sedang kata dzurriyah berasal dari kata dzal’, ra’ dan ra’ yang berarti halus, lembut dan tersebar.
Kedua istilah ini dikaitkan dengan manusia karrena adanya kata Adam sebagai bapak manusia (abu al basyar). Secara umum menunjukkan hubungan keturunan atau silsilah kesejarahan, asal usul manusia yang berasal dari satu.
Bedanya, kata banu Adam mengacu pada hubungan darrrah selrruh manusia, sedangkan dzurriyah Adam mengacu pada makna keberagaman manusia yang tersebar dalam berbagai suku, bangsa dengan warna kulit dan bahasa yang berbeda.
Konsep ini sejalan dengan fitrah manusia yang mempunyai ikatan janji
dengan Allah untuk mengakui keesaan-Nya. Oleh karenanya kata banu Adam dan dzurriyah Adam
mengandung pengerrtian yang mengikat umat manusia sebagai keturunan dan
anak cucu Adam agar senantiasa patuh kepada perjanjian
tersebut.Wallahua’lam.
http://kahficenter.wordpress.com/2010/07/25/manusia-dalam-terminologi-al-quran/