Recent Posts

settia

Dari Hiburan Klaim Kemenangan Lawan Jokowi Hingga Upaya Menaikan Posisi Tawar Politik

AL-RISALAH INSTITUTE - Para pendukung Jokowi - Makruf Amin yang sering disebut cebongs atau cebongers sebenarnya berkeinginan besar untuk MENYADARKAN para pendukung Prabowo - Sandi yang sering disebut kamprets ke masa hadapan dengan pikiran bening dan legowo, bahwa klaim kemenangan hitungan internal BPN itu MISTERIUS karena TIDAK TRANSPARAN serta membangun DUKA BERKEPANJANGAN para kamprets pendukungnya dengan HARAPAN PALSU PENUH KEKOSONGAN, oleh karena MINIM BUKTI valid klaim kemenangan, minim bukti valid kecurangan dan Penghitungan internal ala kadarnya yang dirahasiakan, bahkan terkuak penghitungan suara via SMS yang ramai di media mas dan media sosial yang memuncukkan kontroversi panjang.
Seharusnya para kamprets seperti para cebongs sudah tutup buku dan kembali FOKUS BEKERJA, namun justru hatinya TERSAYAT SAYAT karena berita HOAX tentang klaim kemenangan 02 yang membuat hatinya terharu biru dan semakin berdarah-darah marah pada sesuatu yang tidak jelas yang cenderung MENGHASUT rasa tidak terima kalah, hingga harapan semu tiupan ajakan People Power yang menuai TUNTUTAN MAKAR kepada para kamprets akibat ungkapan kebencian yang berlebihan.
Sampai di sini seharusnya prabowo kasihan kepada para kamprets pendukungnya agar jangan sampai kebablasan terjerat hukum ujaran kebencian dan makar karena terbakar kemarahan yang tidak terkendali.
Yang kemudian banyak yang tidak faham adalah semua itu dimungkinkan terkait manufer politik tersembunyi yang menghantarkan terjadinya demo-demo klaim kemenangan paska Pilpres, yang sangat dimunginkan bahwa semua itu sejatinya hanya strategi untuk meningkatkan bargain/nilai tawar politik kepada Petahana paska kalah pilpres, atau setidaknya sebuah langkah untuk menunjukan poin bahwa pendukung oposisi adalah masa solid yang perlu diakomodir protes-protesnya atau paling tidak diberi hiburan politik bahwa 02 tidak boleh kalah begitu saja sebagai kekuatan politik yang tetap harus diperhitungkan.
Sementara di sisi individu politisi yang membangun isu-isu politik ekstrim dari pra pemilu yang sangat heboh dan tendensius hingga paska pemilu berupa klaim kemenangan secara ekstrim dan bahkan tega mengangkat isu people power, sejatinya juga berupaya meningkatkan nilai tawar personal politisi atau calon politisi yang direverensikan untuk dikenal konstituenya, misalnya politisi Amin Rais berhasil mempromosikan gratis 4 anaknya yang mencalonkan diri sebagai politisi senayan.
Lalu tentang menaikan nilai tawar politik kepada petahana JUSTRU direct opportunity-nya secara kasap mata akan diambil oleh partai-partai oposisi yang buru-buru menyampaikan niatnya untuk merapat ke petahana jika Prabowo kalah, dengan argumentasi bahwa koalisi mereka adalah koalisi Pilpres dengan penentu hasil setelah Pilpres, siapakah yang akan terpilih maka di situlah koalisi baru akan dituju.
Lalu pertanyaanya adalah, apakah ada kaitanya partai-partai oposisi yang ingin menyeberang ke petahana itu dengan setting kalim kemanangan dini 02 dengan angka 62% yang ramai dibicarakan klaim berasal dari bisikan hitungan Babinsa, bisikan Kolonel, klaim akademisi di luar lembaga survei, hingga hitungan SMS paska Quick Count yang memberitakan kemenangan Prabowo ?
Jika begitu adanya maka partai oposisi akan ditinggalkan berdarah-darah menghadapi Petahana dengan langkah-langkah prematur yang akan sangat menyedihkan, terutama untuk kalangan pendukungnya yang disuguhi tontonan heroik yang mengharu biru pikiran dan perasaanya oleh karena klaim kemenangan itu seperti benar adanya dengan kenyataan yang dapat terjadi sebaliknya.
Tapi itulah keniscayaan politik dimana kekalahan pun bisa jadi peluang untuk partai-partai yang tidak betah dan tidak punya riwayat oposisi sepanjang periode. Dagangan bahasanya adalah untuk mengabdikan sumber daya partai pada pemerintahan yang terpilih dari hasil menaikan posisi tawarnya. Semua itu menjadi jalan terang benderang untuk hengkang dari partai koalisi karena klaim tidak ilmiah dan berdasar, setidaknya menurut para pakar politik dan beberapa dari para elit partai baik kubu petahana maupun oposisi. Sehingga waktu penghitungan hasil pemilu terutama hasil pilpres akan sangat krusial menjadi penyelesai masalah atau sebaliknya menjadi perpanjangan masalah. 

Oleh karenanya, ketegasan pemerintah, aparat hukum dan aparat pengamanan negara akan menjadi kunci penjamin kedamaian rakyat Indonesia dengan menjalankan TUPOSI pengamanan paska pemilu agar menjadi kondusif, aman dan tenteram.