Seperti yang sudah penulis sampaikan dalam beberapa posting di
jejaring sosial dan catatan catatan kecil website, bahwa kemungkinan
kolaborasi antara HE. Prabowo Subiyanto dan Datuk Sir Suryadahrma Ali,
bukan hal yang tiba tiba, walau bermula dari geguyonan Wakil Gubernur
Jawa Timur saat bertemu di Juanda beberapa waktu yang lalu jauh sebelum
hingar-bingar pemilu di mulai, begitu juga dengan pilihan Syaykh Panji
Gumilang untuk mendukung Datuk Sir Surya Dharma Ali yang kebetulan
beliau adalah Ketum PPP, maka dukungan tersebut kemudian di perluas
menjadi dukungan ke Partai Persatuan Pembangunan. Bukan tanpa alasan,
walaupun berawal dari penghargaan kepada sosok yang sangat konsisten
terhadap perjuangan Pendidikan Islam ini.
Sebagai orang yang pertama kali mengarrange kesinambungan Datuk Sir
Surya Dharma Ali dengan Syaykh Panji Gumilang, yang kemudian terus ikut
serta mendorong agar terjadi kolaborasi antara beliau dengan HE Prabowo
Subiyanto, tentu saja penulis sangat bersyukur bahwa kemudian semuanya
berjalan sesuai dengan Sunnatullah, walaupun kesinambungan ini terlihat
sebagai kesinambungan politik semata mata, akan tetapi sesungguhnya ini
merupakan kesinambungan silaturaheem antara tokoh tokoh Nasional dengan
berbagai perpedaan, yang kemudian karena keinginan yang sama didalam
memajukan Bangsa, maka ketiganya diharapkan mampu bersatu.
Bagi Syaykh Panji Gumilang sebagai pimpinan Ma’had Alzaytun,
mendukung Capres dan Cawapres bukanlah hal baru, termasuk juga dengan
kehadiran tokoh tokoh Nasional ataupun International, karena Alzaytun
itu sendiri sudah menjadi daya tarik atau “point of interest” tentu dari
sisi mana orang melihatnya. Tetapi dukungan beliau kepada Datuk Sir
Surya Dharma Ali saat ini, adalah dukungan yang lebih “bernilai”
daripada yang dilakukannya pada pemilihan umum sebelumnya, dimana kita
ingat bahwa beliu pernah memberikan dukungan “berlebihan” kepada
Pasangan Wiranto – Gus Solah, namun pada saat itu dan di saat
selanjutnya yang di perolehnya adalah ” la yusuf wa la min qomisuhu”.
Mungkin saja penulis yang kemudian melanjutkan kesinambungan cerita
dukungan tersebut, karena sebagai fasilitator pada saat itu penulis
akhirnya berbesanan dengan Dr. Ir Iwantono Sutrisno, MA yang saat itu
menjadi team sukses Wiranto dan menjadi kontak person penulis untuk
Alzaytun.
Mengapa penulis sebut sebagai dukungan yang lebih ” bernilai”. Karena
dukungan terhadap Datuk Sir Surya Dharma Ali saat ini, bukan saja untuk
memenuhi keseyogjaan qurani dalam kaitan dengan etika pergaulan antar
sesama pimpinan ” Alaqoh Mutabadilah”, tetapi juga keseyogjaan qurani
dalam hal yang berhubung kait dengan ” Iltizamu alsiasiah”. dan yang
jelas bukan karena beliau menempatkan putera dan puterinya sebagai Caleg
PPP di Gresik& lamongan dan Cirebon & Indramayu.
Bahkan dukungan Syaykh Panji Gumilang kepada Datuk Sir Surya Dharma
Ali adalah dukungan “Paripurna” yang lebih disebut sebagai dukungan
tanpa perhitungan politik yang detail, terhadap kemungkinan PPP untuk
bisa memperoleh target seperti yang di inginkan oleh pimpinannya.
Sesuatu yang sudah sangat di fahaminya, dan inilah bentuk keihklasan
Syaykh Panji Gumilang dalam pergaulan politik, beliau dukung Wiranto
saat itu dengan sepenuh dukungan, walau beliau sudah mengindikasikan
bahwa Wiranto akan kalah, beliau mendukung salah satu Calon Gubernur di
Jawa barat dengan sepenuh hati, walau beliau sudah mengindikasikan bahwa
sosok yang di dukungnya tidak akan menang.
Apakah ini bermakna PPP akan mengalami kekalahan dalam Pemilu 2014
ini?. Tidak, PPP akan mendapatkan suara lebih dari perolehan tahun 2009
yang lalu, dan ini tidak menjadi kalkulasi Syaykh Panji Gumilang, karena
PPP bisa memperoleh suara lebih atau bahkan kurang, tetapi kalakulasi
beliau lebih mengarah kepada sosok Datuk Sir Surya Dharma Ali sebagai
tokoh yang mempunyai kapabilitas dan keberpihakan tinggi terhadap Ummat
islam ” dalam arti sepenuh keberpihakan” , dan ini menjadi modal besar
untuk mendapatkan amanah Ummat, jika beliau (Datuk Sir SDA) mendapatkan
amanah Ummat, maka Indonesia akan mempunyai sosok pemimpin yang sesuai
dengan harapan selama bartahun tahun bahkan sejak Indonesia pertama kali
mengenal system kehidupan berdemokrasi.
Sebagai calon Presiden itu yang diharapkan, tetapi untuk itu
dibutuhkan kalkulasi yang sudah di atur yakni perolehan minimal 20%,
tentu saja di pemilu 2014 ini tidak akan ada Parpol yang memperoleh
prosentasi tersebut, bahkan Golkar dan PDI sekalipun, oleh sebab itu
“rajutan tali silaturaheem” yang dilakukan oleh kedua tokoh yakni Datuk
Sir Surya Dharma Ali dan HE Prabowo Subiyanto menjadi sangat penting dan
bermakna, dan inilah yang seharusnya dilakukan oleh tokoh politik
sejati, dan tentu saja rajutan silaturaheem ini harus di implementasikan
dalam bentuk ketarkaitan formal dalam pemilihan Capres – Cawapres nanti
yakni pasangan Capres HE Prabowo Subiyanto – Cawapres Datuk Sir Surya
Dharma Ali.
Penulis yakin bahwa pasangan ini akan menjadi pasangan yang amat
prospective dan akan mampu bersaing sampai ke ronde kedua pilpres 2014,
bahkan bisa memenangkan pertandingan, jika kemudian kompetitornya sama
seperti yang diketahui oleh masyarakat saat ini, Abu Rijal Bakri, atau
Jokowi sekalipun, namun kita lihat saja nanti karena waktunya sudah
sangat dekat.
Orang banyak mengatakan bahwa pasangan Prabowo – Surya Dharma Alin
adalah pasangan ” abangan – santri”. Mungkin saja itu benar, jika kita
melihatnya dari sisi latar belakang pendidikan, karena Prwabowo tentu
tidak pernah di Pesantren tetapi Surya Dharma Ali adalah santri sejak
usia belianya. Tetapi anggapan “jadul” ini sudah tidak ada relevansinya
dalam pemilihan umum 2014 ini, terutama Pilpres jika di hubungkaitkan
dengan kemungkinan majunya kedua pasangan ini.
Mengapa?. Karena Prabowo itu sendiri sesungguhnya mempunyai
keberpihakan kepada Ummat islam jauh sebelum beliau masuk kedalam kancah
politik. Mereka yang pernah melalui hidup sebagai aktifis, tentu
memahami apa yang penulis sampaikan, dan ini bisa di buktikan dengan
aktifnya beberapa tokoh muda dalam Gerindra dan setiap orang tahu siapa
mereka.
Dalam kaitan dengan tingginya keberpihakan Prawobo terhadap islam dan
Ummat Islam, maka salah satu Caleg PPP Jenderal Kivlan Zen tentu bisa
menjadi saksi sejarah yang masih gagah dan bisa memberikan kesaksian
akan hal ini.
Jika kemudian kita masih terpaku dengan aggapan “Jadul” tersebut
diatas, maka penulis sejenak ingin mengajak kembali surut ke belakang,
dimana dalam sejarah islam, terdapat sosok yang bernama Omar Ibn Al
Khattab yang jarang meriwayatkan hadist namun menjadi pemimpin tangguh
yang tidak ada duanya, terdapat pula Sayyidina Ali ibn Abi Thalib yang
sangat alim dan arif serta mempunyai keberanian yang tidak ada duanya,
maka kita anggap ini akan menjelma dalam kepemimpinan Indonesia, jika
kedua sosok yang mewakili karakter dua orang Khalifah tersebut bersatu,
yakni pasangan Prabowo dan Datuk Sir Surya Dharma Ali.
Keduanya tentu masih melakukan berbagai pendekatan politik, tetapi
kita akan melihat bahwa keputusan untuk maju bersama adalah keputusan
yang sangat benar, “Timely and politically correct”, tentu jika
perolehan Gerindra – PPP memenuhi persyaratan untuk itu, jikapun masih
membutuhkan yang lain, maka dengan mudah akan di lakukan bargaining
dengan Parpol lainnya (Parpol Islam).
Wahana kata Datuk Sir Surya Dharma Ali dan HE Prabowo Subiyanto
telah melakukan perhitungan politik yang tepat, dan Syaykh AS Panji
Bumilang patut memberikan dukungan ( Wallahu A’lam bilshowab)
DAS.